Jumat, 24 Juni 2016

Doa Adalah Sumber Kekuatan


Pengertian Doa
Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyu’ dan tadharru’ dalam menghadapkan diri kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan tercapainya sesuatu yang dimohonkan. Itulah pengertian doa secara syar’i yang sebenarnya.
Al-Qur’an banyak menyebutkan bahwa tadharu’ (berdoa dengan sepenuh hati) hanya akan muncul  bila di sertai keikhlasan. Hal tesebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih. Dengan tadharu’ dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga doa kepada Allah akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, dalam penderitaan maupun dalam kebahagiaan, dalam kesulitan maupun dalam kelapangan. Dalam Al-Qur’an Allah telah menegaskan : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28).
Didalam ayat yang lain Allah berfirman: “Berdoalah kepada Ku niscaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takabur daripada beribadat dan berdoa kepadaKu, akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina.” (Surah Al-Mu’min:60) 

Doa Menjadi Semangat dan Harapan
Doa merupakan ungkapan permohonan atau permintaan yang ditujukan kepada Allah SWT semata-mata, dalam usaha untuk memenuhi hajat atau keperluan tertentu. Restu dan ridha Allah sentiasa dimohon untuk menghidupkan semangat atau harapan bagi menjamin kekuatan rohani dan jasmani insan. Al-Qur’an memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang taat melakukan ibadah senantiasa mengadakan pendekatan kepada Allah dengan memanjatkan doa yang disertai keikhlasan hati yang mendalam. Sebuah doa akan cepat dikabulkan apabila disertai keikhlasan hati dan berulangkali dipanjatkan. Hal ini banyak ditegaskan dalam ayat Al-Qur’an, diantaranya : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri (tadharu’) dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut akan tidak diterima dan penuh harapan untuk dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ar’af : 55-56).
Keutamaan Berdoa
1.      Doa orang beriman itu pasti dikabulkan oleh Allah SWT tetapi dalam 3 cara:
1)    Dikabulkan secara langsung apa yang kita minta.
2)    Dihindarkan kita dari sesuatu bahaya atau bencana.
3)    Ditangguhkan ke satu masa lain misalnya di hari Akhirat yang mana akan diberikan pahala sesuai dengan permintaan itu.
“Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada seorangpun yang berdoa dengan sebuah dosa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memuutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan mengabulkan salah satu dari tiga perkara, [1] baik dengan disegerakan baginya (pengabulan doanya) di dunia atau [2]dengan disimpan baginya (pengabulan doanya) di akhirat atau [3] dengan dijauhkan dari keburukan semisalnya”, para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa?” Beliau menjawab: “Allah lebih banyak (pengabulan doanya) HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib, no. 1633
2.      Terhindarnya bahaya dan musibah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: "Tiada seorang Muslim di muka bumi ini berdoa kepada Allah, melainkan dapat dipastikan diterima atau dihindarkan daripadanya suatu bahaya asalkan bukan doa yang mengandungi dosa atau doa untuk memutuskan tali silatur-Rahim."
3.      Doa merupakan jalan yang harus dilalui dalam mencapai sesuatu yang diharapkan. Menerusi kaedah yang betul InsyaAllah segala yang kita harapkan akan dimakbulkan.
4.      Dengan berdoa, kita akan dapat merasakan kehebatan dan keagungan Allah SWT dan betapa lemahnya kita selaku hambaNya.

Hikmah berdoa
1.      Doa adalah sebagai pelindung dan senjata kepada setiap orang mukmin dari godaan dan hasutan syaitan serta dari kejahatan manusia.
2.      Dengan berdoa akan meningkatkan lagi ketaqwaan dan kekuatan iman seorang mukmin.
3.      Allah amat mengasihi dan menyukai akan hamba-hambaNya yang selalu berdoa dan meminta sesuatu kepada-Nya.
4.      Dengan berdoa akan menenteramkan jiwa kita, menjadi penawar dan penenang kepada hati yang bersedih. Firman Allah, 'Ketahuilah, dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenang'. (surah Ar-Ra'du ayat 28).
5.      Berdoa adalah obat penyembuh bagi segala jenis penyakit yang ada pada diri manusia baik penyakit zahiriah maupun penyakit batiniah. 
6.      Doa merupakan tali penghubung di antara anak dengan kedua ibu bapa yang telah meninggal dunia maka doa dari anak-anaknya yang soleh amatlah dinantikan untuk mendoakan kesejahteraan mereka di dalam kubur. Bersabda Rasulullah, 'Apabila anak Adam meninggal dunia, maka putuslah semua amalannya melainkan 3 perkara iaitu, sedekah jariah, ilmu yang manfaat dan anak yang soleh yang (setiasa) mendoakannya'. (H.R. Bukhari dan Muslim)
7.      Dengan berdoa Allah akan membukakan pintu rahmat-Nya kepada manusia. Bersabda Rasulullah, 'Doa itu adalah anak kunci kepada pintu rahmat'. (H.R.Ad-Dailami)
8.      Doa adalah penghubung dan pengikat tali persaudaraan dan kasih sayang di antara sesama mukmin. Bersabda Rasulullah, 'Doa seseorang mukmin terhadap saudaranya (mukmin) secara diam-diam, pasti diperkenankan oleh Allah. (H.R.Muslim)
9.      Doa merupakan inti dari setiap ibadah yang kita lakukan kepada sang pencipta. Shalat yang kita lakukan terdiri dari kumpulan doa, mulai dari awal takbir sampai salam, begitupun ibadah yang lain. Makanya tak salah kalau Rasullulah mengatakan bahwa doa adalah ruhnya ibadah. Tanpa doa ibadah tidak akan punya arti apa-apa.
10.   Doa merupakan penghancuran nilai-nilai egoisme kemanusiaan yang selalu identik dengan kesombongan, keangkuhan dan merasa bahwa setiap keberhasilan adalah jerih payah sendiri tanpa menganggab adanya campur tangan Allah SWT sebagai Zat Pengatur. Keberhasilan selalu diidentikkan dengan kecerdasan kognitif semata, kesuksesan selalu dipahami sebagai jerih payah sendiri, disinilah celah tipuan setan untuk menggiring kita menjadi manusia yang mengingkari   nilai ketuhanan. Dengan berdoa manusia diajarkan tentang satu hal, bahwa sebagi makhluk Allah kita memiliki sangat banyak kekurangan dan kelemahan, tanpa bantuan sang Khalik kita tidak akan bisa memahami setiap kejadian di muka bumi ini. Manusia hanya sebutir kerikil di tengah samudera laupatan pasir, betapa kecil dan sangant dhaif. Maka tak salah jika Allah memberikan cap sombong kepada manusia ketika dia tidak berdoa sedikitpun sehabis melaksanakan shalat dan dalam kegiatan  sehari-hari.
11.   Doa sangat berpengaruh terhadap sikap mental manusia yang merupakan unsur penting dalam meraih keberhasilan. Seseorang yang bermental pantang menyerah tentulah dalam setiap usaha akan selau berusaha keras. Ketika menghadapi setiap rintangan, dia hanya akan menganggapnya sebagai cobaan kecil dan merupakan anak tangga  untuk meraih keberhasilan.

Daftar Pustaka :


Selasa, 21 Juni 2016

Hukum Menikah di Bulan Muharram

Oleh: Hafidz Muftisany



Saat memasuki bulan Dzulhijah, ada beberapa kebahagiaan yang banyak dirasakan kaum Muslimin di Tanah Air. Pertama adalah bulan haji di mana tamu Allah dijamu di Baitullah dan mendapat pengalaman spiritual yang tinggi. Yang tidak berangkat pun turut merasakan kebahagiaan dengan mengamalkan puasa Arafah. Kedua, Hari Raya Idul Adha. Hari besar kedua umat Islam yang dirayakan dengan menyembelih hewan kurban dan berbagi dengan sesama. Ketiga banyaknya hajat pernikahan yang berlangsung di bulan Dzulhijah. Mungkin meja-meja di rumah bertumpuk undangan hajat pernikahan dari tetangga atau kerabat. Bulan Dzulhijah, khususnya di Indonesia, memang dikenal sebagai bulan pernikahan. Mereka jauh-jauh hari menyiapkan tanggal pernikahan di bulan ini. Alasannya sederhana, jangan sampai masuk ke bulan Muharram. Keyakinan yang beredar di Tanai Air, khususnya di Jawa, bulan Muharram atau lebih dikenal bulan Suro adalah bulan yang tidak baik untuk menggelar pernikahan. Benarkah anggapan seperti itu?

Di dalam kepercayaan masyarakat Indonesia ada semacam keyakinan tidak boleh menggelar hajat pernikahan di bulan-bulan tertentu. Di Minangkabau ada anjuran agar tidak menikah di bulan Syawal. Keyakinan itu sejalan dengan budaya orang-orang Arab jahiliyah. Alasannya, pada bulan Syawal unta betina menolak didekati unta jantan dengan cara mengangkat ekornya. Perilaku unta betina itu disebut syalat bi dzanabiha (menolak dengan mengangkat ekor). Dari akar kata syalat inilah menurut Lisanul Arab Ibnu Mundzir menjadi muasal kata Syawal. Bulan Safar juga diyakini bulan yang jelek untuk melangsungkan pernikahan. Safar bermakna kosong. Pada bulan ini orang-orang meninggalkan rumah untuk berburu, berperang, berdagang, dan lainnya. Akhirnya, rumah-rumah mereka kosong dan tidak elok jika saat itu dilangsungkan pernikahan.Terakhir adalah bulan Muharram atau bulan Suro.
Dalam keyakinan masyarakat Jawa, bulan Suro adalah bulannya priyayi. Hanya kalangan keraton yang boleh melangsungkan hajat di bulan Suro. Bahkan, banyak yang menyampaikan alasan yang tidak masuk akal. Misalnya, pada bulan Surolah penguasa Laut Selatan, Nyi Roro Kidul, melangsungkan hajat pernikahan. Keyakinan turun-temurun itulah yang membuat orang-orang enggan melangsungkan hajat di bulan Muharram. Padahal, sejatinya bulan Muharram adalah bulan mulia di antara bulan-bulan lainnya dalam kalender Hijriah. 

Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci) ....” (QS at-Taubah [9] : 36). Penjelasan dari ayat ini didapati dalam hadis sahih riwayat Bukhari Muslim, "Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijah, dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab." Ibnu Abbas mengomentari hadis tersebut dengan menyebut Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram dan suci. Melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya lebih besar dan amalan saleh akan diganjar pahala yang lebih banyak. Jelaslah jika kedudukan bulan Muharram sangat mulia. Terlebih, pernikahan sebagai wujud sunah Rasulullah SAW. Sebuah ikatan yang bisa mengubah hal haram menjadi halal dan berpahala. Tentu menikah di bulan Muharram pahalanya justru akan lebih berlimpah. Di samping itu, umat Islam dianjurkan untuk tidak mengutuk waktu. Waktu, di mana Allah SWT beberapa kali bersumpah dengannya, adalah momentum bagi manusia untuk terus melakukan kebaikan

Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah SAW bersabda, "Allah ‘azza wa jalla berfirman, 'Anak Adam telah menyakiti-Ku; ia mencela dahr (waktu), padahal Aku adalah (pencipta) dahr. Di tangan-Ku segala perkara, Aku memutar malam dan siang” (HR Bukhari). Terlebih bulan Muharram adalah bulan Allah. Di dalamnya disyariatkan puasa Asyura yang ganjarannya sangat besar. Dalam sebuah hadis sahih dari Imam Muslim, ganjaran puasa Asyura adalah bisa menghapus dosa satu tahun yang sudah lewat. "Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara, shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim). Jika Muharram sudah disebut sebagai bulannya Allah dan kita dilarang mengutuk waktu sebagai ciptaan Allah, lalu bagaimana kita menyebut bulan Muharram sebagai bulan yang tidak baik? Dengan disyariatkannya puasa Asyura juga bisa diartikan jika bulan Muharram adalah bulan kesyukuran. Betapa tidak, disyariatkannya puasa Asyura karena pada hari itu Nabi Musa AS diselamatkan Allah SWT dari kejaran Firaun. Melihat kaum Yahudi Madinah berpuasa pada tanggal 10 Muharram, Nabi SAW merasa ia dan umat Muslim lebih berhak bersyukur atas diselamatkannya Nabi Musa AS. Pernikahan dan hajat lainnya sebagai sebuah ibadah dan bentuk kesyukuran juga tidak dibatasi oleh waktu.  Terlebih jika ingin mengambil keutamaan ibadah di bulan Muharram sekaligus sebagai syiar bagi kaum Muslimin tentang bolehnya menikah di bulan Muharram. Tentu pahalanya akan lebih berlipat. Wallahua'lam.

Dikutip dari : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/14/10/31/neb54n-hukum-menikah-di-bulan-muharram

HIDUP ADALAH PILIHAN

Hidup adalah sebuah pilihan, setiap keadaan adalah sebuah pilihan dan bagaimana kita memilih serta bereaksi terhadap pilihan yang akan kita ambil. Kita diberi kebebasan untuk memilih mengikuti nafsu atau memilih berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Ini yang akan menentukan hidup kita di dunia dan akhirat. 
Yang harus kita sadari, kita semua pernah berkomitmen dengan Allah, jauh sebelum kita dilahirkan.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” QS. Al-A’raf : 172
Hidup akan terus bergulir. Banyak pilihan yang bisa kita ambil, mau jadi pemalas atau pekerja keras, mau jadi orang sombong atau rendah hati.
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? QS. Al-Mu’minun : 115

Pada intinya arti hidup dalam Islam adalah ibadah.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Qs Adz Dzariat : 56).
Hidup ini juga sebagai ujian
“ Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” ( Qs Al Mulk : 2)
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : Inna lillahi wa innaa ilaihi raajiuun”(Qs Al Baqarah : 155-156)
Selamat memilih, kita yamg akan menuai dari pilihan tersebut.

ATM Cara Sukses Forex

Menurut Wikipedia Indonesia Pasar valuta asing (foreign exchange marketforex) atau disingkat valasmerupakan suatu jenis perdagangan atau transaksi yang memperdagangkan mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya (pasangan mata uang/pair) yang melibatkan pasar-pasar uang utama di dunia selama 24 jam secara berkesinambungan. Pergerakan pasar valuta asing berputar mulai dari pasar Selandia Baru dan Australia yang berlangsung pukul 05.00-14.00 WIB, terus ke pasar Asia yaitu Jepang, Singapura dan Hongkong yang berlangsung pukul 07.00-16.00 WIB, ke pasar Eropa yaitu Jerman dan Inggris yang berlangsung pukul 13.00-22.00 WIB, sampai ke pasar Amerika Serikat yang berlangsung pukul 20.30-10.30 WIB. Dalam perkembangan sejarahnya, bank sentral milik negara-negara dengan cadangan mata uang asing yang terbesar sekalipun dapat dikalahkan oleh kekuatan pasar valuta asing yang bebas.
Sepintas, investasi trading forex terdengar mudah. Anda membuat akun lewat broker forex, memasukkan deposit pertama, lalu melakukan transaksi kurs mata uang asing baik menjual maupun membeli agar mendapat poin yang lalu bisa ditukarkan dengan keuntungan.
Sistem investasi ini sudah populer di Indonesia, ditandai dengan kemunculan beragam broker forex Indonesia dan banyaknya kisah sukses mereka yang berdagang valas. Akan tetapi, dari semua kisah sukses investor forex, yang gagal kerapkali tidak mendapat jatah pemberitaan. Padahal, walaupun termasuk investasi dengan kategori high return alias keuntungannya sangat besar, investasi forex juga memiliki resiko kerugian cukup besar. 
Forex termasuk investasi kategori High Risk alias beresiko tinggi karena transaksi yang kurang tepat sasaran dapat langsung menggerus modal deposit di dalam akun dengan cepat, tergantung mata uang apa yang ditransaksikan. Pelaku trading forex mengenal istilah kerugian alias loss, dimana sebuah transaksi valas ternyata tidak membawa hasil yang diinginkan dan malah mengikis uang yang didepositkan. Loss atau kerugian merupakan hal yang lazim dalam dunia trading forex, termasuk forex Indonesia. Akan tetapi, bagaimana jika loss terjadi secara terus-menerus akibat transaksi yang kurang diperhitungkan? Dalam dunia trading forex, terdapat istilah Margin Call, yaitu keadaan dimana seorang pedagang valas akhirnya mengalami kehabisan modal total bahkan defisit akibat floating minus setelah transaksi yang semuanya mendatangkan loss.
Setiap kita yang sudah terjun kedunia forex pasti ingin mendapatkan profit. Tapi bagaimana caranya agar kita bisa profit. Ada 3 langkah mudah untuk mendapatkan profit, yaitu Amati, Transaksi, Menikmati profit (ATM). Ingin lebih jelas, silahkan lanjutkan membacanya :
1.      Amati
Amati pergerakan trend (menggunakan analisa teknikal, analisa fundamental, dan analisa sentiment pasar), serta amati jam terbaik untuk trading
2.      Transaksi
Setelah selesai dalam melakukan pengamatan lanjutkan dengan transaksi. Transaksi di forex ada 2 yaitu transaksi pembuka (open) dan penutup (close). Jenis open ada 2 yaitu BUY dan SELL. Untuk lebih jelas baca disini.
3.      Menikmati profit
Setelah dapat profit mula-mula untuk mencukupkan kebutuhan dirinya sendiri, lalu untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya, barulah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemenuhan kebutuhan ini, Islam mengharamkan bermegah-megah dan berlebih-lebihan (Israf dan mubazir). Karena sifat ini cenderung kepada penumpukan harta yang membekukan fungsi ekonomis dari harta tersebut.

Sumber :

Senin, 20 Juni 2016

BISMILLAH AKU MENIKAHIMU

Alhamdulillahhirrabbil ‘alamin
Ya Allah, jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan
dan jadikan barokah apa-apa yang telah Engkau takdirkan
sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa-apa yang engkau tunda
dan menunda apa-apa yang Engkau segerakan
kecintaan dan kerinduan pada Allah telah memenuhi jiwaku
ketenangan dan ketentraman menyertai, datanglah seseorang yang sama denganku
betapa indahnya pertemuan kami yang saling mencintai dan merindukan Allah
bukanlah semata-mata pertemuan dua insan yang berlainan jenis
melainkan pertemuan dua ruhani
yang sedang meniti perjalanan menuju Allah kekasih yang kami cintai
Bismillahirrahmannirrahim
Hari ini hari yang paling bersejarah dalam hidupku
Aku terima nikahnya, kawinnya dengan mas kawin tersebut, tunai
Ya Rabbi aku menikahinya karena-Mu
Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih sayang milik-Mu pada hatiku untuknya
Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas
Ya Robbi saksikanlah malam ini akan kubuktikan
bahwa cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu
Karena itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam jannah-Mu
Cinta dan rindu kami tuk gapai syurga dan syahid di jalan-Mu makin membuncah
Melaksanakan perintah-Mu dan Sunnah Rasul-Mu
Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah-Mu
Mewujudkan keluarga Muslim menuju Ridha-Mu
Mendapatkan cinta dan kasih sayang untuk ketenangan jiwa
Agar kaya karena sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihah
Meluaskan kekerabatan dengan menyambung tali silaturahmi
Ya Allah berikan berkah kepada kami, dan persatukan kami berdua dalam kebaikan
Ya Allah, jadikanlah pernikahan ini pernikahan yang barakah
pembuka pintu rahmat bagi kami, keluarga kami dan ummat islam
Rabbana hab lanâ min azwâjinâ wa dzurriyyatinâ qurrata a’yunin waj-’alnâ lil-muttaqîna imâmâ
Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa
Aamiiiin
Thursday, August 1, 2013

ADA MASALAH ADA SOLUSI, SOLUSINYA YA MASALAH ITU SENDIRI

Sering kita mendengar orang mengatakan “Jangan lari dari masalah”. Ungkapan ini sering dimaksudkan agar kita selalu jantan menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi, kalau saya menginginkan lebih dari itu, bukan hanya masalahnya harus diselesaikan tapi kita perlu secepat mungkin cepat maju dengan menjadi orang yang piawai dalam menyelasiakan masalah, bagaimana piawai dalam menghadapi masalah?
Ya jangan lari dari masalah karena masalah itu sendirilah solusinya.
Masalah anda pada keuangan?
Bersedekahlah.
Ingin cepat punya pasangan hidup?
Bantulah orang lain agar cepat bisa menikah. Bisa dengan membantu mencarikan atau membiayai.
Ingin cepat punya keturunan?
Bantulah orang lain yang senasib, atau ikutlah menafkahi orang yang punya anak. Lebih utama anak yatim dan anak fakir miskin.
Ingin cepat kerja?
Bantulah pengangguran.
Ingin cepat lulus kuliah?
Bantulah teman-teman anda menyelesaikan tugas akhirnya atau bantulah biayanya.
Ingin cepat naik pangkat?
Promosikan teman-teman anda pada atasan yang layak naik pangkat.
Ingin panjang umur?
Berbuat baiklah pada orang lain dengan apa yang kita miliki.
Ingin bahagia dalam hidup?
Bahagiakanlah orang-orang disekitar anda.
Ingin masuk surga?
Ajak-ajaklah orang lain agar masuk surga.
So solusi dari masalah anda ada pada masalah itu sendiri.
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ اَلدُّنْيَا, نَفَّسَ اَللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اَلْقِيَامَةِ
Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang mukmin dari kesusahan dunia maka Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat (HR. Muslim)
وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ, يَسَّرَ اَللَّهُ عَلَيْهِ فِي اَلدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Barangsiapa memberi kemudahan orang yang dalam kesulitan maka Allah akan memudahkan didunia dan diakhirat(HR. Muslim)
مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا فِى الدُّنْيَا، سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Barangsiapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya didunia dan diakhirat (HR. Muslim)
وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ اَلْعَبْدِ مَا كَانَ اَلْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
Dan Allah selalu menolong hamba selama hamba menolong saudarnya (HR. Muslim)
مَنْ أَقَالَ مُسْلِمًا ، أَقَالَهُ اللَّه عَثْرَتَهُ
Barangsiapa yang menerima pembatalan jualbeli seorang muslim maka Allah menerima pembatalan kesalahannya (HR. Abu Daud & Ibnu Majah)
مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ تَتَبَّعَ الله عَوْرَتَهُ ، وَمَنْ تَتَبَّعَ الله عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي جَوْفِ بَيْتِهِ
Barangsiapa mencari-cari aib saudaranya niscaya Allah akan mencari-cari aibnya, dan barang siapa yang aibnya dicari-cari oleh Allah niscaya Allah akan mempermalukan dia meskipun dia berada di dalam rumahnya sendiri.” (HR. Abu Daud no. 4236 dan At-Tirmizi no. 2032)
مَنْ ضَارَّ مُسْلِمًا ضَارَّهُ اَللَّهُ
Barangsiapa merugikan seorang muslim maka Allah merugikannya (HR. Abu Daud & Tirmidzi)
 وَمَنْ شَاقَّ مُسَلِّمًا شَقَّ اَللَّهُ عَلَيْهِ
Barangsiapa mempersulit urusan seorang muslim maka Allah akan mempersulit urusannya (HR. Abu Daud & Tirmidzi)
مَا مِنِ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِى مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلاَّ خَذَلَهُ اللَّهُ فِى مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ وَمَا مِنِ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِى مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلاَّ نَصَرَهُ اللَّهُ فِى مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَهُ. أخرجه أبو داود.
Tidaklah seseorang menelantarkan seorang muslim pada saat dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya maka Allah akan menelantarkan disaat dia suka seandainya ditolong. Tidaklah seseorang menolong seorang muslim pada saat dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya maka Allah akan menolongnya disaat dia suka seandainya ditolong (HR. Abu Daud)
مَنْ سَمَحَ سَمَحَ اللَّهُ لَهُ
Barangsiapa yang bertoleransi maka Allah akan bertoleransi kepadanya (Al I’lam Ibnul Qoyyim)
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ
Dan orang-orang yang mengasihi maka akan dikasihi oleh yang Maha Pengasih (Fathul Bari)
إِنَّمَا يَرحمُ اللهُ مِن عِبَادِهِ الرُّحمَاءَ
Sesungguhnya Allah hanya akan menyayangi hamba-hambaNya yang kasih saying (HR. Al Bukhari dan Muslim)
اِرْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ
Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi penduduk langit (HR. At Thabrani)
أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
Berinfaqlah wahai manusia maka kamu akan diinfaqi oleh Allah (HR. Al Bukhari)
مَنْ أَوْعَى أَوْعَى عَلَيْهِ
Barangsiapa memberi maka dia akan diberi (Al I’lam Ibnul Qoyyim).
لاَ يَزَالُ اللَّهُ فِي حَاجَةِ الْعَبْدِ مَا دَامَ الْعَبْدُ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ
Allah senantiasa memenuhi kebutuhan hamba selama hamba memenuhi kebutuhan saudaranya (HR. At Thabrani)
مَنْ عَفَا عَنْ حَقِّهِ عَفَا اللَّهُ لَهُ عَنْ حَقِّهِ
Barangsiapa yang menggugurkan haknya maka Allah akan menggugurkan baginya hak-haknya (Al I’lam Ibnul Qoyyim).
مَنْ تَجَاوَزَ تَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهُ
Barangsiapa memaafkan maka Allah akan memaafkannya (Al I’lam Ibnul Qoyyim).
مَنْ اسْتَقْصَى اسْتَقْصَى اللَّهُ عَلَيْهِ
Barangsiapa terlalu perhitungan dalam kebaikan maka Allah akan perhitungan pula kepadanya (Al I’lam Ibnul Qoyyim).
هَلْ جَزَاءُ الإِحْسَانِ إِلاَّ الإِحْسَانُ
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula) (QS Arrahman: 60).
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى
Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga) (QS. An Najm:31)
ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَى
Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk (QS. Ar Rum: 10)
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (QS. Yunus:26)
Cara solutif yang jangan anda lupakan adalah doakan orang-orang yang mempunyai masalah sama dengan kita.
 دعاء المرء المسلم مستجاب لأخيه بظهر الغيب عند رأسه ملك موكل به كلما دعا لأخيه بخير قال الملك آمين ولك مثل ذلك
Do’a seorang muslim adalah mustajab saat mendo’akan saudaranya tanpa sepengetahuannya, Malaikat yang ditugaskan mengawasi disamping kepalanya saat seorang itu mendo’akan kebaikan untuk saudaranya Malaikat mengatakan “amin” dan bagimu mendapat seperti itu (HR. Muslim)
الجزاء من جنس العمل
“ Balasan selalu sesuai dengan amalalannya ”. Allahu a’lam

Sumber : 
http://bisnismuslim.com/

JANGAN MENCELA PEMIMPINMU

Rupiah melemah, BBM naik, kebijakan inkonsisten, bencana dimana-mana. Kadang tanpa kita sadari yang terucap adalah mencela pemimpin untuk melampiaskan emosi. Ucapan terkadang ringan dimulut, seakan-akan angin yang berhembus tanpa ada yang menghalanginya, sehingga ada sebagian orang yang membuat hamba Allah tersakiti, dan murka, bahkan “menyakiti” Allah ketika mencela makhluk-Nya. Sebab, mencela makhluk sama dengan mencela Allah. Karenanya, Allah Ta’ala- mengajarkan kepada kita melalui lisan Nabi-Nya -Shollallahu ‘alaihi wasallam- cara menjaga lisan dari “hobi mencela“, karena ini akan mendatangkan dosa.Mengapa kita sering membicarakan kejelekan pemerintah, namun melupakan kejelekan pribadi? Mengapa kita selalu mencela penguasa, dan tak pernah mencela berbagai penyimpangan kita? Sebenarnya, pemerintah adalah cermin rakyatnya.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah ditanya oleh seseorang: “Mengapa saat Abu Bakar dan Umar menjabat sebagai khalifah kondisinya tertib, namun saat Utsman dan engkau yang menjadi khalifah kondisinya kacau? Jawab Ali: “Karena saat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, mereka didukung oleh orang-orang seperti aku dan Utsman, namun saat Utsman dan aku yang menjadi khalifah, pendukungnya adalah kamu dan orang-orang sepertimu”[Syadzaraat Adz Dzhahab 1/51.].
Jadi, ketika penguasa seenaknya mengeruk kekayaan negara dan memenjarakan rakyat tak berdosa, penyebabnya adalah dosa rakyat yang melalaikan kewajiban dan tenggelam dalam maksiat. Demikian pula ketika rakyat memberontak dan menjatuhkan si penguasa, itupun akibat kesalahan penguasa yang tidak berhukum dengan hukum Allah, loyal kepada orang kafir, tenggelam dalam foya-foya dan menelantarkan urusan negara.
Alhamdulillah di negeri kita telah dilantik seorang pemimpin yang baru, maka hendaknya kita sebagai seorang muslim menerima segala apa yang telah ditaqdirkan oleh Allah subhanahu wata'ala. karna apa yang kita anggap buruk bisa jadi itu baik bagi kita, begitu pula sebaliknya, apa yang sudah kita anggap baik bisa jadi itu buruk bagi kita, Allah subhanahu wata'ala berfirman: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".(TQS. Al Baqarah : 216)
Abul Walid Ath Thurthusyi rahimahullah berkata, “Jika engkau berkata bahwa para pemimpin di zaman ini tidak sama dengan para pemimpin di zaman dahulu, maka rakyat di zaman ini pun tidak sama dengan rakyat di zaman dahulu. Jika engkau mencela pemimpinmu bila dibandingkan dengan pemimpin dahulu maka pemimpinmu pun berhak mencelamu bila dibandingkan dengan rakyat dahulu. Maka apabila pemimpinmu menzalimimu hendaklah engkau bersabar dan dia yang akan menanggung dosanya…
Oleh karena itu, berkuasanya penguasa yang dzhalim bukanlah penyakit riil dari umat ini, bahkan penyakit yang riil berasal dari rakyat yang berada di bawah kekuasaan penguasa tersebut. Shahabat Ibnu ’Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadap ke arah kami dan bersabda:
Wahai sekalian kaum Muhajirin, ada lima hal yang jika kalian terjatuh ke dalamnya –dan aku berlindung kepada Allah supaya kalian tidak menjumpainya-
1.  Tidaklah nampak zina di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya, 
2.  Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas mereka.
3.  Tidaklah mereka menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka (hujan tidak turun), dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan.
4.  Tidaklah mereka melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh mereka (dari kalangan selain mereka; orang kafir) berkuasa atas mereka, lalu musuh tersebut mengambil sebagian apa yang mereka miliki
5.  Dan selama pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) tidak berhukum dengan Kitabullah (al-Qur’an) dan mengambil yang terbaik dari apa-apa yang diturunkan oleh Allah (syariat Islam), melainkan Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih)."
Jika ingin menyalahkan jeleknya kepemimpinan pemimpin, maka rakyatnyalah yang lebih dahulu mengintropeksi diri. Karena pemimpin adalah cerminan dari rakyatnya.
Ibnul Qayyim berkata, “Perhatikanlah hikmah-Nya tatkala Dia menjadikan para raja, penguasa dan pemegang tampuk pemerintahan sesuai dengan amalan yang dilakukan oleh para rakyat di dalam negeri tersebut. Bahkan, amalan dari para rakyat akan tercermin dari tingkah laku para penguasanya.
·         Apabila rakyat di dalam negeri tersebut komitmen dalam menjalankan syari’at, maka tentu penguasanya pun demikian.
·         Apabila mereka berlaku adil, maka para penguasa akan berlaku adil kepada mereka.
·         Apabila mereka suka berbuat kemaksiatan, maka para penguasa juga akan senantiasa berbuat maksiat.
·         Apabila rakyat senantiasa berbuat makar dan tipu daya, maka tentulah penguasa demikian pula keadaannya.
·         Apabila para rakyat tidak menunaikan hak-hak Allah serta mengabaikannya, maka penguasa mereka pun juga akan berbuat hal yang sama, mereka akan melanggar dan tidak menunaikan hak-hak para rakyatnya.
·         Apabila rakyat sering melanggar hak kaum yang lemah dalam berbagai interaksi mereka, maka para penguasa akan melanggar hak para rakyatnya secara paksa, menetapkan berbagai pajak dan pungutan liar kepada mereka. Dan setiap mereka (yakni rakyat) mengambil hak kaum yang lemah, maka hak mereka pun akan diambil secara paksa oleh para penguasa. Sehingga para penguasa merupakan cerminan amal dari para rakyatnya.”
Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya. Ketika masa-masa awal Islam merupakan masa terbaik, maka demikian pula pemimpin pada saat itu. Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga akan ikut rusak. Dengan demikian berdasarkan hikmah Allah, apabila pada zaman kita ini dipimpin oleh pemimpin seperti Mu’awiyah, Umar bin Abdul Azis, apalagi dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar, maka tentu pemimpin kita itu sesuai dengan keadaan kita. Begitu pula pemimpin orang-orang sebelum kita tersebut akan sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu. Masing-masing dari kedua hal tersebut merupakan konsekuensi dan tuntunan hikmah Allah Ta’ala.[Miftah Daaris Sa’adah, 2/177-178]
Oleh karena itu, untuk mengubah keadaan kaum muslimin menjadi lebih baik, maka hendaklah setiap orang mengoreksi dan mengubah dirinya sendiri, bukan mengubah penguasa yang ada. Hendaklah setiap orang mengubah dirinya yaitu dengan mengubah aqidah, ibadah, akhlaq dan muamalahnya. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du [13] : 11)
Saatnya introspeksi diri, tidak perlu rakyat selalu menyalahkan pemimpin atau presidennya. Semuanya itu bermula dari kesalahan rakyat itu sendiri. Jika mereka suka korupsi, begitulah keadaan pemimpin mereka. Jika mereka suka “suap”, maka demikian pula keadaan pemimpinnya. Jika mereka suka akan maksiat, demikianlah yang ada pada pemimpin mereka. Jika setiap rakyat memikirkan hal ini, maka tentu mereka tidak sibuk mengumbar aib penguasa di muka umum. Mereka malah akan sibuk memikirkan nasib mereka sendiri, merenungkan betapa banyak kesalahan dan dosa yang mereka perbuat.
Oleh karna itu sebagai seorang muslim yang berpegang teguh kepada Kitabullah Was Sunnah hendaknya kita selalu mendoakan pemimpin, karna ciri seorang ahlussunnah adalah mendoaakan kebaikan bagi seorang pemimpin. dan janganlah kita mengikuti thoriqoh ahlul bidah yang selalu mencela seorang pemimpin, dan bahkan mengumbar aib mereka,
Berkata Imama Al Barbahari: "seandainya ada orang yang mendoakan kebaikan kepada Penguasa maka ketahuilah dia adalah ahlussunnah, Dan apabila engkau melihat orang yang mendoakan kejelekan kepada Penguasa maka ketahuilah dia adalah seorang ahlul bid'ah".
Kita tidak akan bisa medapatkan pemimpin seperti Umar bin Khotthob rodhiyaallahu anahu yang seperti para ahlul bidah impikan dan harapkan, ini adalah hal yang sangat mustahil, karna Allah subhanahu wata'ala akan menjadikan pemimpin bagi suatu kaum sebagaimana kaum tersebut, dan pemimpin adalah cerminan daripada suatu penduduk, Allah akan menjadikan pemimpin bagi orang orang yang dholim adalah seorang yang dholim pula, sebagaimana firman Allah: “Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi penguasa bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (Al An’aam: 129).
Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata: “Renungkanlah hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan. Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya..” ( Miftah Daarus sa'adah)
Menghujat dan mencela atau membeberkan aib penguasa/ pemerintah, bukanlah ajaran islam. Karena islam sangatlah menghormati pemerintah muslim walaupun zhalim. Dan kita diperintah untuk taat kepada mereka, Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri (penguasa) di antara kamu.”[QS. an-Nissa':59].
Dan kita harus bersabar atas kekeliruan/kesalahan/kezhaliman pemerintah kita.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang melihat sesuatu ia benci dari penguasanya maka hendaklah ia berSABAR. Barangsiapa yang meninggalkan jama’ah sejengkal saja, maka dia mati dalam keadaan (seperti saat) JAHILIYAH.” [HR. al-Bukhari, Muslim],
“Jangan kalian mencela penguasa kalian, jangan kalian menipu dan membencinya. Bertaqwa dan bersabarlah kepada Allah, sesungguhnya perkaranya dekat.”[HR. al-Baihaqi],
Sebaiknya jika pemimpin kita bersalah maka nasehatilah dengan cara yang baik, bukan dengan membeberkan aib/ kesalahannya, sebagaimana Islam sudah mengaturnya sejak zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang hendak menasehati penguasa, janganlah ia menampakkannya terang-terangan, akan tetapi hendaklah ia mengambil tangannya, kemudian menyepi. Apabila penguasa itu mau menerima, maka itulah yang dimaksud. Apabila tidak, sesungguhnya dia telah menunaikannya.” [HR. Imam Ahmad], oleh karena itu hendaklah kita takut kepada Allah, dan bertaqwa kepada-Nya dengan tidak menjelek-jelekan pemerintah kita di halayak ramai.
Semoga kita semua diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala..insya Allah..
Mudah-mudahan Allah menjaga kita semua dari buruknya akhlak, kesesatan dan kelemahan iman.
Sumber :
http://minangsunnah.blogspot.com/2013/03/penguasa-cerminan-rakyatnya-sebagaimana.html