sumber: http://aku-belajarbisnis.blogspot.co.id/2011/10/usaha-batu-bata.html
PROSPEK USAHA
Rumah atau tempat tinggal pada umumnya menggunakan Batu bata sebagai bahan dasar bangunannya. Penggunaan batu bata banyak digunakan untuk dinding pada bangunan perumahan, bangunan gedung, pagar, saluran dan pondasi. Batu bata umumnya dipakai sebagai penyangga atau pemikul beban yang ada diatasnya. Pesatnya pembangunan di sektor perumahan dan property menjadikan kebutuhan terhadap batu bata semakin meningkat, hal ini merupakan membuka peluang usaha dalam pengadaan materia bangunan untuk mendukung pembangunan sektor tersebut
Hal lain yang menjadikan komoditas ini sebagai peluang usaha adalah karena proses pembuatannya yang relatif mudah dengan biaya investasi yang murah dan bahan baku yang cukup. Peralatan yang diperlukan pun gampang hanya terdiri dari Cangkul, Pencetak Batu Bata, Mesin Penggiling batu bata, Mesin Pembakar atau Tungku Pembakaran dan Kayu Bakar atau batu bara atau sekam padi. Sementara bahan baku hanya terdiri dari Tanah Liat, Air dan Abu sisa pembakaran.
Proses pembuatan batu batu terhitung sederhana tanah liat yang sudah diramu dicetak dalak dalam mesin pencetak, selanjut di jemur lalu dibakar selesai sudah.
Beberapa peneliti mencoba mengembangkan beberapa alternatif pengganti bahan baku dan proses pembakaran untuk menghindari berkurangnya bahan baku tanah liat dan mencegah polusi akibat pembakaran. dan hasilnya mereka berhasil menemukan alternatif pengganti bahan baku tanah yaitu kotoran sapi. Sementara peneliti lainnya menemukan suatu ramuan yang dapat mengeringkan bata tanpa perlu dilakukan pembakaran
Seorang pengusaha batu bata bisa membukukan keuntungan sekitar 6 juta sampai 8 juta per bulan. Jika saat ini harga jual batu bata Rp. 320 per buah dan kapasitas produksi 75 ribu buah per bulan maka hasil penjualan per bulan adalah Rp. 24 juta dikurangi dengan biaya operasional antara 16 juta sampai 18 juta per bulan
PROFIL PENGUSAHA
SutrisnoPengusaha Batu Bata Dari Moarojambi
Tidak Pernah Rugi, Omset 6,5 Juta per Bulan
Mengawali hidup sebagai buruh pembuat bata bata tidak membuat sutrisno kecil hati. Berkat ketekunannya, dia kini memiliki usaha batu bata sendiri dan mampu mempekerjakan 10 orang karyawan. Bagaimana perjalanannya?
Desa Tunas Baru, Kecamatan Sekernan merupakan salah satu desa dari sejumlah desa penghasil genteng dan batu bata di Muarojambi. Salah seorang pengrajin batu bata yang cukup sukses di desa ini bernama Sutrisno. Dia tinggal di RT 01 Kecamatan Sekernan.
Mencari Sutrisno ternyata cukup mudah karena rata-rata perajin batu bata di desa tersebut merupakan saudara kandung Sutrisno. Empat pengusaha batu bata di desa itu tercatat sebagai kakak kandungnya.
Ketika ditemui pagi kemarin, Sutrisno sedang asyik melihat kinerja 10 karyawannya. Dia terlihat sedang memberikan komando terhadap anak buahnya. Melihat kedatangan Koran ini dia dengan ramah menyapa. “Mau beli genteng ya mas,” tegurnya sambil mendekat.
Setelah berbasa-basi, akhirnya Sutrisno mengerti maksud kedatangan koran ini. Mengawali cerita, dia mengatakan awal usahanya berdiri ketika dia menjadi buruh pembuat batu bata pada tahun 1986. selama 8 tahun menjadi buruh, dia kemudian mencoba untuk membuat usaha sendiri. Pada tahun 1994, dia membuka usaha pencetakan batu bata di desa kedemangan, kecamatan sekernan. “Waktu itu saya masih nyewa tanah orang, sekarang tidak lagi,” kata pria kelahiran Pati Jawa Tengah ini.
Masa awal usahanya berdiri, dia hanya dibantu oleh keluarga. Berkat keuletan, akhirnya berhasil mengumpulkan uang dan membeli tanah yang cukup luas di desa tunas baru. Saat ini usahanya boleh dikatakan cukup berkembang.
Sebab, usaha miliknya telah dilengkapi mesin pencetak genteng dan batu bata. selain itu di juga telah mampu mempekerjakan 10 orang karyawan. Yang lebih hebatnya lagi, omset perbulan dari usahanya minamal 6,5 juta. “Angka 6,5 juta ini minimal. Biasanya di atas itulah,” katanya.
Dia menerangkan, dalam satu hari, usaha miliknya bisa mencetak 1.200 keping genteng. untuk batu bata sebanyak 2 ribu biji dalam satu hari. Harga genteng saat ini katanya cukup baik, genteng garuda Rp 550/keping, mandili Rp 700/keping sementara batu bata Rp 400/biji.
Usaha batu bata, kata Sutrisno, tidak akan membawa kerugian. Sejak usahanya berdiri tahun 1994, sampai sekarang, dia mengaku tidak pernah rugi. “Modalnya hanya tanah liat dan keterampilan kita saja. Mana ada ruginya,” terangnya.
Dalam memasok usahanya, pria berumur 44 tahun ini mengaku membeli tanah liat dari pihak lain. Untuk satu truk tanah liat dia mengaku membeli dengan harga Rp.400 ribu. 1 truk itu katanya bisa menghasilkan 11 ribu keeping genteng. “Sedangkan beli tanah liat saja masih untung, apalagi kita punya sendiri, pasti untungnya lebih besar lagi,” terangnya.
Untuk memajukan usaha, Sutrisno mengaku dengan menggunakan modal sendiri. Diakuinya, pihak pemerintah Muarojambi beberapa kali menawarkan bantuan, namun ayah dari tiga anak ini menolak bantuan tersebut. “Modal saya sudah cukup, makanya saya tidak menerima,” katanya. Berkat usahanya ini, dua anak Sutrisno telah mencicipi pendidikan di Pulau Jawa. Untuk mendapat pendidikan yang lebih baik.(*)
Ditulis oleh Franciscus, Muarojambi
sumber : http://www.jambi-independent.co.idTIPS KEBERHASILAN USAHA
Mengganti bahan baku tnah liat dengan kotoran sapi
Pembuatan batu bata sangat tergantung kepada bahan baku tanah liat yang harus digali, lama-kelamaan bahan baku ini akan habis atau terkena larangan penggalian karena merusak lingkungan, untuk itu perlu dicari pengganti bahan baku tanah liat dengan bahan lain. Sekelompok mahasiswa dari Prasetiya Mulya Business School di Indonesia berhasil menemukan bahan baku pengganti tanah liat yaitu berupa kotoran sapi yang disebut EcoFaeBrick. Keunggulan dari batu bata ini selain kualitas, mudah dibuat dan berbiaya rendah karena dibuat dari kotoran sapi. Batu bata ini tidak hanya 20% lebih ringan, tetapi juga memiliki kekuatan tekan 20% lebih kuat daripada batu bata tanah liat. Dan tentu saja produksi batu bata ini tidak mengakibatkan teknik pertambangan yang merusak alam.
Batu bata yang dibuat menggunakan 75% kotoran sapi dan disempurnakan dalam proses pemanasan biogas yang mengurangi emisi CO2 secara signifikan atas pembakaran kayu pada pembuatan batu bata tradisional. Pemanasan dengan cara biogas diklaim dapat mengurangi 1.692 ton CO2 pertahun.
sumber: http://ilulcreative.wordpress.com
MEMBUAT BATU BATA TANPA PROSES PEMBAKARAN
FAKTOR KRITIS PADA KEBERHASILAN USAHA
TEKNIS MELAKUKAN USAHA
ASPEK LEGALITAS
Ijin Pencemaran Lingkungan
Surat Ijin Tempat Usaha (SITU),
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP),
Tanda Daftar Perusahaan (TDP),
Nomor PokokWajib Pajak (NPWP),
Akte Pendirian Perusahaan melalui Notaris dan lainnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan
Proses pembuatan batu bata yaitu melalui proses pembakaran yang berpotensi menimbulkan pencemaran udara, disamping itu biaya bahan bakar berupa kayu bakar relatif mahal sehingga biaya produksi pun menjadi mahal. 3 orang Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil menemukan cara pembuatan batu bata tanpa proses pembakaran yaitu dengan cara tanah liat (lempung) yang dijadikan bahan baku bata dicampur dengan limbah industri dan limbah pertanian.
limbah industri dan pertanian memiliki unsur pozzolanik atau sifat yang memiliki daya ikat seperti semen. Reaksi pozzolanik pada limbah-limbah tersebut dapat menyatukan mineral-mineral pada limbah dan lempung sebagai bahan dasar batu bata. Unsur pozzolonik bisa memperkuat daya rekat dan tekan pada batu bata.
Cara meramunya lempung dan limbah industri dicampur dengan air, kemudian dicetak. Unsur air akan mengantarkan pollozonikid menjadi plastis atau perekat bata dan tidak mudah pecah. membuat bata mudah dicetak, dikeringkan tanpa susut, tanpa retak-retak maupun melengkung,” ujar mereka di Yogyakarta. Pencetakan batu bata tanpa proses pembakaran akan menekan polusi udara sekaligus biaya. Pengrajin tidak memerlukan lagi bahan bakar untuk mengeringkan batu bata.
sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/
Faktor-Faktor Kritis Yang Harus Diperhatikan Dalam Usaha Batu
1. Teknologi
para pengusaha atau disebut juga pengrajin batu bata belum mampu memanfaatkan teknologi modern dalam pembuatan batu bata, mereka cenderung lebih memilih cara konvensional (umum) dalam pembutan batu bata
2. Musim atau Cuaca
Cuaca merupakan salah satu kendala yang paling berat dalam usaha batu bata. secara umum proses pembuatan batu bata sangat tergantung kepada matahari untuk proses pengeringan, sehingga produksi cenderung menurun ketika musim hujan bahkan beberapa pengusaha batu bata memilih tidak berproduksi.
Namun di musim kemarau pun ketika sinar matahari bersinar sepanjang hari masih memungkinkan menjadi kendala dimana pada musim ini dibeberapa tempat mungkin akan mengalami kekeringan atau kekurangan air, padahal air ini merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan batu bata.
3. Kualitas
Banyak produk yang hasilnya tidak rata, sebagian melengkup dan kepadatan kurang sehingga mudah hancur
4. perusakan lingkungan
Usaha batu bata berpotensi merusak lingkungan karena untuk memperoleh bahan baku tanah liat harus melakukan penggalian antara 2 - 5 meter ke dalam permukaan tanah. Bekas penggalian biasanya dibiarkan begitu saja.
5. pencemaran udara
Usaha batu bata juga berpotensi mencemarkan udara karena proses pembuatan batu batu adalah melalui proses pembakaran dalam jumlah besar sehingga menimbulkan asap yang cukup tebal.
Sumber gambar : http://bp0.blogger.com;http://wb5.itrademarket.com; http://ilulcreative.files.wordpress.com/
TEKNIS MELAKUKAN USAHA
Semua bahan – bahan seperti tanah liat, abu sisa pembakaran di campur kemudian di aduk menggunakan cangkul, dengan perbandingan 1 : 4 bagian tanah, kemudian di lumatkan dengan air hingga menjadi adukan. Padatkan adukan di dalam mesin penggiling.
Bahan yang sudah jadi di cetak dengan menggunakan mesin cetak atau cetakan yang sudah tersedia dengan ukuran 6 cm x 10 cm x 20 cm
Batu bata yang sudah dicetak dan masih basah di susun memanjang dan melebar sesuai kapasitas tempat.
Setelah disusun batu bata tersebut di jemur untuk di keringkan, proses pengeringan waktunya 1 hari bila keadaan cuaca panas, tapi jika keadaan cuaca hujan atau mendung bisa memakan waktu 5 hari atau lebih. Tujuan di keringkan supaya daya ikatan bahan tanah kuat dan tidak mudah patah.
Setelah batu bata tadi benar-benar kering maka batu bata kering tersebut dibakar selama dua hari dua malam di sebuah ruangan, yang disebut Lio (Open batu bata) yang ruang pembakarannya bisa menampung 100.000 bata. Bahan bakarnya berupa kayu bakar atau menggunakan batu bara. Proses pembakaran biasanya dilakukan sebulan sekali, menunggu terkumpulnya batu bata kering. Biasanya memerlukan 3 tenaga pekerja untuk mengawasi proses pembakaran.
Setelah dibakar kemudian di dinginkan, barulah batu bata siap dijual, biasanya banyak orderan dari pihak toko bangunan dan pembeli perorangan, dengan harga 1 bata nya Rp.320 – Rp. 400 belum termasuk ongkos kirim.
Sumber: http://curhat-doaku.blogspot.com/
Sumber gambar : http://www.cybermq.com; http://wb5.itrademarket.com;http://kfk.kompas.com
Legalitas untuk Usaha relatif mudah, sebab untuk tahap awal tidak membutuhkan aspek legal yang lengkap. Sebagai bentuk hubungan dalam masyarakat, maka sebaiknya diperoleh ijin kepada tetangga terdekat, RT/RW atau Kepala Dusun.
Namun Apabila usaha sudah berkembang maka aspek legal (ijin-ijin usaha) harus sudah mulai dilengkapi. perijinan tersebut diantaranya adalah:
Ijin Usaha Pertambangan Rakyat (IUPR)Ijin Pencemaran Lingkungan
Surat Ijin Tempat Usaha (SITU),
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP),
Tanda Daftar Perusahaan (TDP),
Nomor PokokWajib Pajak (NPWP),
Akte Pendirian Perusahaan melalui Notaris dan lainnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan
ANALISA USAHA
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar